Aston Internasional Hadir di Luwuk

peletakan batu pertama pembangunan Aston Luwuk Hotel & Conference Center  (Foto:Dokumentasi Aston Internasional)
peletakan batu pertama pembangunan Aston Luwuk Hotel & Conference Center (Foto:Dokumentasi Aston Internasional)
SATU lagi sarana penginapan alternatif selama berlibur di Luwuk, Sulawesi Tengah. Aston International dan PT. Nyiur Mas Mandiri melakukan peletakan batu pertama pembangunan hotel di Luwuk.

Nantinya, Aston Luwuk Hotel & Conference Center dikonsepsualisasikan untuk mendukung pembangunan Kota Luwuk dengan menyediakan akomodasi dan fasililtas konferensi berstandar internasional bagi perkembangan dan perdagangan kota tersebut.

Hotel Aston ini akan menawarkan 92 kamar dan suite yang luas serta fasilitas-fasilitas yang sesuai standar hotel internasional, termasuk restoran, coffee shop, kolam renang, beberapa ruang pertemuan, dan sebuah grand ballroom berkapasitas lebih dari 1.000 orang.

Aston bertujuan menawarkan jaringan hotel yang terluas dan paling konsisten di Indonesia untuk hotel bisnis atau konferensi yang berkelas. Aston saat ini memiliki portofolio lebih dari 40 hotel yang tersebar dari pelosok Barat yaitu Medan di Sumatera hingga pelosok Timur yaitu Jayapura di Papua.

“Untuk itu, kami sedang dalam persiapan untuk membuka sebuah hotel hampir setiap dua minggu sekali dimulai dari sekarang hingga akhir tahun 2013,” tutur Norbert Vas selaku Wakil Presiden Penjualan & Pemasaran Aston International,  Sabtu (18/2/2012).

Luwuk merupakan ibu kota Kabupaten Banggai, berlokasi di sebelah timur Sulawesi Tengah. Kota ini terkenal dengan keindahan alam sekitarnya yang menawarkan berbagai macam daya tarik, seperti air terjun Salodik dan Tontoun, teluk Lalong serta pantai Bua Lemo yang masih terjaga keasliannya.
»»  READMORE...
Posted in | Leave a comment

Burung Maleo, Burung Cantik yang Terancam Punah

maleoREPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO– Kelestarian satwa endemik pulau sulawesi seperti Burung Maleo yang tadinya hidup bebas di kawasan Cagar Alam Panua, Kabupaten Pohuwato kini mulai terancam punah.
Petugas Dinas Kehutanan Kabupaten Pohuwato yang juga adalah jagawana pada Cagar Alam Panua, Tatang Abdulah mengatakan bahwa saat ini di kawasan itu hanya bisa dijumpai dua atau tiga pasang burung maleo.
Padahal kata dia, kawasan Cagar Alam Panua yang seluas 45.575 Hektare Area (Ha) itu, sebagiannya pernah dipakai untuk penangkaran burung maleo sepanjang tahun 2004-2006. “Wilayah penangkaran waktu itu seluas Lima Ribu Hektare Area,” Ujar Tatang, Minggu.
Dia menambahkan, Pihak Balai Konservasi Sumberdaya Alam Seksi Konservasi Wilayah Gorontalo ketika itu bekerja sama dengan sebuah organisasi nirlaba dibidang pelestarian satwa langka menjalankan usaha penangkaran tersebut.
Saat itu kata dia, Burung Maleo masih banyak ditemui di kawasan Cagar Alam Panua hingga belasan pasang. “Setelah penangkaran selesai, tidak ada lagi kontrol terhadap burung tersebut,” Kata Tatang.
Dia mengatakan, ancaman serius terhadap musnahnya burung maleo di Kawasan Cagar Alam Panua berupa perburuan liar oleh warga serta penggembalaan ternak di lokasi peneluran. Menurut dia, upaya pengawasan kawasan Cagar Alam Panua pun kurang maksimal sebab petugas yang di tempatkan diwilayah itu masih tergolong minim.
»»  READMORE...
Posted in | Leave a comment

Perlindungan Burung Maleo

Hutan Suaka Margasatwa (HSM) Lembuyan merupakan kawasan untuk perlindungan satwa Anoa, Rusa, dan Burung Maleo. Luas areal SM Lembuyan sekitar 3.665 Ha.
Meski satwa yang dilindungi, Rusa, Anoa dan burung Maleo di dalam kawasan Lembuyan jumlahnya semakin berkurang tetapi di Lembuyan kita masih dapat menjumpai satwa langka khas Sulawesi itu, sembari menikmati panorama Lembuyan yang sangat indah dan alami.
Lokasi            :   37 Km dari Kota Luwuk.
Transportasi  :   Dapat dijangkau dengan segala jenis kendaraan.
»»  READMORE...
Posted in | Leave a comment

Cindera Mata Kota Luwuk

Kabupaten Banggai memiliki banyak nama julukan. Sebut saja ”Mutiara” atau “Hongkong Di Waktu Malam”. Sederet julukan itu muncul karena adanya keterkaitan atau kemiripan dengan kondisi Kabupaten Banggai.
Julukan Mutiara, muncul karena Kabupaten Banggai merupakan daerah penghasil “Mutiara” yang  berkelas tinggi. Sedang predikat “Hongkong Diwaktu Malam” muncul karena orang menilai Kota Luwuk sebagai Ibukota Kabupaten Banggai punya kemiripan dengan Kota Hongkong di daratan China bila dilihat pada malam hari.
Olehnya akan terasa kurang lengkap bila sudah datang ke Kabupaten Banggai lantas tidak membawa “Mutiara”. Paling tidak, bila Mutiara tak terjangkau masih ada souvenir berbahan baku dari mutiara yang dapat dibawa pulang untuk sekadar “buah tangan” (cendramata), diantaranya kalung, cincin, gelang, lukisan dan lainnya.
Beragam souvenir berbahan baku limbah mutiara (kulit kerang) oleh para perajin di Kabupaten Banggai dapat dirubah menjadi kalung, lukisan, kaligrafi, plakat atau logo dan beragam perhiasan. Bukan cuma itu yang dapat Anda bawah pulang sebagai oleh-oleh ketika berkunjung ke Kabupaten Banggai. Masih banyak souvenir yang indah-indah dan cantik hasil karya perajin-perajin daerah ini, diantaranya, ukiran-ukiran patung kayu, vas bunga dan kerajinan tangan berbahan kayu, beragam anyaman dari bambu serta yang tak kalah menarik adalah Kain Tenun Nambo yang mirip dengan Kain Tenun Donggala yang telah kesohor itu.
Untuk memudahkan Anda mendapatkan semua souvenir dan cendramata khas Kabupaten Banggai itu, dapat diperoleh di Toko Ringgit Luwuk yang terletak di Jalan Sam Ratulangi No.41 Telp. (0461) – 21076 Luwuk.
»»  READMORE...
Posted in | 1 Comment